Mahasiswa antara Idealita dan Realita

Mahasiswa antara Idealita dan Realita
Oleh ; IMMawan Mizan Malik S.
Ketua Umum PK IMM Ahmad Dahlan Fakultas Hukum UMS


Pada mulanya saya masih bertanya-tanya apa itu mahasiswa, mengapa predikat semacam itu baru saya sandang setelah saya masuk perguruan tinggi? Ataukah predikat itu hanya sekedar sebutan semata tanpa makna yang jelas?Ya, seperti itulah macam-macam pertanyaan yang tiba-tiba muncul di kepala ketika saya menjadi seorang mahasiswa baru di kampus ini. Pertanyaan yang tidak terlalu aneh memang bagi seorang mahasiswa baru yang sedang menapaki kehidupan barunya.
Namun pertanyaan-pertanyaan itu perlahan-lahan mulai luntur dan semakin jelas pula jawaban atas semua pertanyaan yang sempat menghantui saya. Ya, tak lain karena sejarahlah yang memberikan sedikit pemahaman tentang mahasiswa itu kepada saya. Mahasiswa bukanlah sekedar kaum intelektual semata seperti yang saya pahami sebelumnya, akan tetapi mahasiswa merupakan golongan terpelajar yang memiliki fungsi yang justru tak dimiliki oleh lapisan masyarakat lain yakni sebagai agent of change, social control maupun iron stock. Inilah peran secara moral yang ada di pundak mahasiswa yang harus diembannya setiap saat.
Sebagai agent of change, tentunya mahasiswa tidak bisa dilepaskan begitu saja dari peran ikut sertanya dalam pergantian setiap rezim kepemimpinan di Indonesia.Tentunya kita masih ingat bagaimana ikut sertanya mahasiswa dalam penggulingan rezim Orde Lama pada waktu itu meski di sisi lain militer juga ikut campur soal ini. Selanjutnya mahasiswa kembali menunjukkan kekuatannya dengan mampu meruntuhkan hegemoni kekuasaan rezim Orde Baru Soeharto yang telah bertahan selama 32 tahun. Di sinilah peran mahasiswa yang seharusnya dimana mahasiswa bukan saja sebagai penggagas perubahan akan tetapi juga sebagai pelaku dari perubahan tersebut. Sikap kritis yang dimilikinya sering membawa perubahan besar bagi bangsa ini untuk tetap berada di jalur yang positif.
Sebagai social control, mahasiswa tentu saja berperan dalam kontrol kondisi masyarakat yang ada. Apalagi ketika kebijakan yang dilakukan oleh penguasa negeri ini justru merugikan masyarakat, maka sudah selayaknya mahasiswa berteriak atas kebusukan-kebusukan birokrasi pemerintahan. Selain itu, sudah semestinya pula kepedulian mahasiswa kepada masyarakat juga ditunjukkan dengan memberikan bantuan moril maupun materiil sebab bagaimanapun  mahasiswa adalah bagian dari masyarakat.
Sebagai iron stock, mahasiswa dengan tingkat pendidikannya merupakan aset maupun harapan bangsa ke depannya. Ini tentunya menjadi modal berharga bagi mahasiswa dimana mereka merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Bukan tidak mungkin sosok pemimpin dan negarawan yang selama ini didambakan akan lahir dari kampus. Namun pertanyaannya sekarang sudah siapkan kita menjadi sosok penerus bangsa ini? Tentunya masih banyak hal yang harus dilalui mahasiswa untuk menuju ke arah itu.
Namun, dengan segala keidealannya mahasiswa selama ini bukan berarti secara realita memang akan terus mulus begitu saja. Secara nyata idealisme mahasiswa dari waktu ke waktu sedikit banyak mengalami penurunan. Hal ini tentunya disebabkan oleh berbagai faktor baik eksternal maupun internal mahasiswa itu sendiri. Jika kita melihat di era Orde Baru idealisme mahasiswa masih tertanam sangat kuat bahkan sampai terjadinya peristiwa Malari, Trisakti, Semanggi I, Semanggi II dan lain-lain mahasiswa masih tetap kokoh berdiri di atas idealismenya masing-masing hingga akhirnya mampu menjatuhkan penguasa rezim. Akan tetapi, sekarang kita bisa lihat bagaimana penguasa yang ada dengan mudahnya menyetir segala kebijakannya untuk menjauhkan mahasiswa dari fungsinya. Membumikan budaya instan dalam segala hal sehingga mempengaruhi pola pikir mahasiswa dari yang seharusnya. Inilah yang seyogyanya kita waspadai dari penguasa negeri ini.
Pribadi mahasiswa itu pun bukannya tanpa persoalan dalam mempertahankan keidealismenanya, terbukti dari invasi globalisasi dan hedonisme dalam berkehidupan semakin hari semakin menggerogoti tubuh dan pikiran mahasiswa. Lihatlah betapa banyaknya parasit mahasiswa dalam proses akademik, plagiarisme hingga virus apatisme terhadap kondisi sosial masyarakat yang semakin menjamur akhir-akhir ini. Hal inilah yang perlu kita lawan secara bersama-sama demi penyadaran terhadap jati diri mahasiswa yang sebenarnya.
Bagaimana pun kondisinya, saya tetap berharap mahasiswa menjadi golongan yang masih tercerahkan dalam membela kepentingan rakyat, meski mereka memiliki tugas lain yakni kuliah. Karena tidak seharusnya kuliah menjadi hambatan bagi mahasiswa untuk tetap memikirkan kehidupan bangsa dan negara apalagi kehidupan masyarakat negeri ini. Inilah konsekuensi bagi seorang mahasiswa yang seharusnya yang mampu menyeimbangkan antara akademik dengan tanggungjawab moralnya. Semoga dengan lahirnya generasi baru di kampus ini dapat memberikan angin segar dan kekuatan baru bagi para agen perubahan di negeri ini.

Abadi Perjuangan!!!
Bagikan :
+
Previous
Next Post »
0 Komentar untuk "Mahasiswa antara Idealita dan Realita"

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Template By Kunci Dunia
Back To Top